Penyakit Cacingan Pada Ayam : Pengertian, Penyebab, Gejala, dan Cara Pencegahan

penyakit cacingan pada ayam

Penulis: Tim GFN

Usaha peternakan ayam merupakan salah satu usaha yang digemari masyarakat Indonesia, sebab usaha ini memiliki peluang besar serta keuntungan yang tinggi. Hal ini dikarenakan permintaan daging dan telur ayam setiap harinya cenderung stabil bahkan mengalami peningkatan. Namun, perlu diketahui bahwa hasil produksi ayam juga dapat mengalami penurunan. Salah satu faktor yang mempengaruhi turunnya hasil produksi (daging dan telur) adalah timbulnya penyakit pada ayam. Penyakit yang sering terjadi pada ayam yaitu cacingan.

Lantas, apa itu penyakit cacingan pada ayam? Bagaimana cara pencegahannya?

Tenang, jawabannya bisa anda temukan di artikel ini. Kali ini kami mengajak anda untuk mengetahui semua tentang penyakit cacingan pada ayam. Mulai dari pengertian, gejala dan cara pencegahannya. Nada sudah penasaran kan? Yuk, langsung saja simak artikelnya sampai selesai ya!

Apa itu penyakit cacingan pada ayam?

Penyakit cacingan atau disebut juga dengan nama Helminthiasis pada ternak ayam yaitu suatu infeksi pada saluran pencernaan ayam yang disebabkan oleh infestasi parasit. Penyakit ini menyerang semua jenis ternak ayam, mulai dari ayam potong, ayam petelur, hingga ayam kampung. Parasit-parasit ini masuk melalui makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh ayam setiap harinya. 

Jika terdapat parasit dalam tubuh ayam, maka berdampak pada penurunan produksi daging maupun telur ayam. Hal ini terjadi karena badan ayam yang terserang parasit bisa menjadi kurus. Cacing akan menyerap sebagian zat makanan dan nutrisi untuk pertumbuhan, merusak jaringan-jaringan organ vital, seperti saluran pencernaan, hati, paru-paru, dan darah serta mampu mengurangi nafsu makan ternak ayam. 

Penyebab penyakit cacingan pada ayam

Penyakit cacingan pada ayam disebabkan oleh cacing parasit yang bersarang di dalam saluran pencernaan. Secara umum ada 3 kelas cacing parasit yang dapat menginfeksi ayam, cacing tersebut antara lain : 

1. Kelas Nematoda (cacing gilik)

Telah banyak dikenal berbagai jenis cacing Nematoda yang menyerang unggas dengan berbagai lokasi penyerangan. Dibawah ini dijelaskan siklus hidup masing-masing jenis Nematoda.

  • Oxyspirura mansoni

Siklus hidup cacing ini yaitu telur bersama sekreta mata mengalir melalui duktus lakrimalis masuk saluran pencernaan dan keluar bersama tinja unggas yang terinfeksi. Sebagai hospes intermedietnya yang baru diketahui adalah kecoa Pycnoscelus surinamensis dan larvanya berkembang di dalam tubuh hospes intermedietnya.

  • Syngamus trachea

Cacing Syngamus trachea mempunyai siklus hidup yaitu cacing betina dewasa akan bertelur, kemudian saat batuk telur akan terlontar dan tertelan menuju saluran pencernaan pada akhirnya keluar bersama tinja. Tinja yang keluar akan mengalami perkembangan lebih lanjut menjadi telur infektif mengandung L3 infektif.

  • Capillaria annulata

Cacing ini mempunyai siklus hidup tidak langsung. Maksudnya telur yang keluar bersama tinja ditelan oleh cacing tanah dan mengalami perkembangan mencapai stadium infektif setelah 2-3 minggu. Masa prepaten selama 3-4 minggu. 

  • Tetrameres americana 

Siklus hidup cacing Tetrameres americana yaitu telur akan keluar bersama tinja, memerlukan hospes antara serangga orthoptera yang cocok, seperti Melanoplus femurrubrum, M. differentialis, dan Blatella germanica. Infeksi terjadi secara tidak langsung, karena memakan serangga terinfeksi.

  • Dispharynx nasuta

Cacing Dispharynx nasuta memiliki siklus hidup serupa dengan spirurida lainnya, hospes intermedietnya akan menelan telur infektif dan lebih lanjut akan terjadi perkembangan hingga mencapai L3 di dalam rongga tubuh. Jika isopoda infektif termakan oleh hospes definitive, L3 berkembang lebih lanjut menjadi L4 dan L5 (dewasa) di dalam proventrikulus dan esophagus. 

  • Cheilospirura Hamulosa

Siklus hidup cacing ini yaitu telur yang keluar bersama tinja ditelan oleh hospes intermediet dan berkembang lebih lanjut menjadi stadium infektif memerlukan waktu sekitar 3 minggu. Hospes definitive akan terinfeksi karena tertelannya hospes intermediet infektif dan periode prepaten memerlukan waktu sekitar 3 minggu.

  • Ascaridia galli

Cacing ini mempunyai siklus yaitu setelah telur infektif tertelan akan tercerna oleh enzim pencernaan dan terbebaslah larva stadium II. Larva stadium II akan menembus mukosa usus dan berkembang menjadi larva stadium III. Larva stadium III keluar lagi ke lumen usus dan berkembang menjadi larva stadium IV dan akhirnya berkembang menjadi cacing biasa.

  • Capillaria caudinflata

Cacing Capillaria caudinflata memiliki siklus sama halnya dengan cacing Capillaria anulata yaitu siklus hidup tidak langsung.

  • Strongyloides avium

Siklus hidup cacing Strongyloides avium khas diantara cacing kelas Nematoda lainnya. Cacing ini penting untuk kedokteran hewan, karena mampu melakukan siklus reproduksi parasit dan hidup bebas. Siklus parasit seluruhnya dimulai saat cacing betina yang hidup di dalam sekum menghasilkan telur yang mengandung larva dengan secara partenogenesis.  Setelah menetas, larva dapat berkembang melalui empat tahap yaitu menjadi cacing jantan dan betina dewasa yang hidup bebas serta dapat diikuti oleh serangkaian generasi yang hidup bebas. Infeksi umumnya secara langsung, namun bisa juga terjadi infeksi perkutan. Periode prepaten adalah 8-14 hari.

  • Heterakis gallinarum

Siklus hidup cacing ini yaitu telur cacing belum mengalami perkembangan saat keluar bersama tinja penderita, setelah 2 minggu atau lebih pada lingkungan yang mendukung (suhu dan kelembaban optimum) di dalam telur akan membentuk larva stadium I (L1), berkembang lagi menjadi larva stadium 2 (L2) yang bersifat infektif.

  • Capillaria anatis

Cacing Capillaria anatis mempunyai siklus hidup langsung. Maksudnya yaitu larva stadium I (L1) infektif berkembang dalam telur memerlukan waktu sekitar 3-4 minggu. Hospes definitive akan terinfeksi karena tertelannya L1 infektif, perkembangan menjadi cacing dewasa terjadi tanpa fase migrasi. Periode prepaten memerlukan waktu 3-4 minggu.

2. Kelas Cestoda (cacing pita)

Cestoda (cacing pita) menyebabkan penyakit Cestodosis pada ayam.  Jenis Cestoda yang menyebabkan penyakit Cestodosis yaitu Davainea proglottina, Raillietina echinobothrida, dan Amoebotaenia sphenoides. Cacing ini menular ke ternak ayam, karena termakannya hospes intermediet infektif.

Siklus hidup cacing ini yaitu secara umum dimulai dari hospes definitif terinfeksi akan mengeluarkan proglotid gravid dalam rangkaian strobila atau sendiri bersama tinja, kadang-kadang juga proglotid akan pecah di dalam usus, sehingga telur keluar bersama tinja. Kemudian proglotid mengalami apolysis (hancur), sehingga telur berserakan mencari lingkungan. 

Apabila telur termakan oleh hospes intermediet yang sesuai, karena terpengaruh sekresi (lambung, usus, hati, dan pankreas) di dalam saluran pencernaan, onkosfer akan tercerna, sehingga menyebabkan aktifnya embriofor. Embriofor menggunakan kaitnya akan menembus dinding usus dan akhirnya bersama aliran darah atau limfe beredar ke seluruh tubuh menuju tempat predileksinya dan berkembang lebih lanjut menjadi bentuk peralihan (metacestoda).

3. Kelas Trematoda (cacing daun)

Penyakit parasit cacing oleh cacing Trematoda (cacing daun) yang terkenal adalah Echinostoma revolutum, cacing ini hidup si sekum dan rektum ayam. Cacing ini memiliki panjang kira-kira 10-12 mm dan lebar 2,25 mm. Testisnya tandem, memanjang, lonjong atau sedikit berlobus, terletak di pertengahan badan dan di belakang ovari. Kantong cirrus terletak diantara percabangan sekum dan batil isap ventral.

Siklus hidup cacing ini yaitu telur diluar tubuh inang akan menetas menjadi mirasidium dalam air setelah berkembang selama kurang dari 3 minggu pada kondisi yang sesuai. Kemudian mirasidium masuk ke dalam inang (siput). Mirasidium menembus bagian tubuh siput yang lunak untuk menuju ke ginjal dan berubah menjadi sporokista. Kira-kira mulai 9-12 hari setelah infeksi, sporokista memproduksi satu atau dua redia induk setiap hari selama dua minggu. Redia induk ini mulai menghasilkan redia anak 19-23 hari setelah infeksi. Redia anak berpindah ke organ distal dan memproduksi serkaria yang mulai keluar dari siput 46-62 hari pasca infeksi. 

Serkaria akan membentuk metaserkaria dan makista. Serkaria bisa keluar dari siput asal dan masuk ke siput lain yang memiliki spesies sama atau berlainan. Inang definitif akan terinfeksi apabila memakan siput ini dan cacing akan berkembang menjadi dewasa di dalam saluran pencernaan di tubuh dalam jangka waktu 15-19 hari.

Gejala

Ada beberapa gejala yang terlihat jika ayam terserang penyakit cacingan. Gejala tersebut antara lain : 

  1. Nafsu makan ayam menurun.
  2. Tubuh ayam terlihat tidak bertenaga (lesu dan lemas).
  3. Ayam mengalami diare.
  4. Bulu ayam terlihat kusut dan kusam.
  5. Ayam terlihat pucat.
  6. Pertumbuhan terlambat, akhirnya ayam mengalami kekerdilan.
  7. Daya tahan tubuh lemah.
  8. Bobot badan menurun (mengalami kekurusan).
  9. Produksi telur menurun.

Cara pencegahan

Peternak dapat melakukan beberapa cara pencegahan agar tidak timbul penyakit cacingan pada ayam. Berikut adalah beberapa caranya :

1. Pemberian pakan berkualitas dengan kandungan nutrisi seimbang

Salah satu cara untuk mencegah ayam terserang penyakit cacingan yaitu dengan memberikan pakan yang berkualitas. Selain pakan yang berkualitas, peternak juga harus memperhatikan kandungan nutrisi didalamnya, nutrisi tersebut haruslah seimbang. Hal ini bertujuan untuk menjaga kekebalan tubuh ayam, sehingga ayam tidak mudah terserang penyakit.

2. Sanitasi kandang dan lingkungan sekitar kandang

Kasus cacingan dapat menular dari ayam satu ke ayam yang lain melalui kotoran ayam yang mencemari area kandang, tempat makan, tempat minum maupun peralatan yang lainnya. Maka dari itu, kegiatan desinfeksi dan sanitasi kandang serta lingkungan sekitar kandang perlu dilakukan. Litter di dalam kandang ayam bisa dipenuhi parasit dan bakteri, yang akhirnya menjadi tempat berkembang biak cacing. Parasit dan bakteri tersebut biasanya terdapat di feses/ kotoran ayam, maka jangan sampai ada feses yang menumpuk di dalam kandang. Usaha agar kondisi kandang tidak lembab dan basah, karena jika kondisi di dalam kandang lembab dan basah dapat meningkatkan peluang yang tinggi untuk infestasi cacing.

3. Pemberian obat cacing secara rutin

Penyakit cacingan jarang menyebabkan kematian pada ayam, namun kerugiannya secara ekonomi cukup besar yaitu menurunnya produksi telur dan bobot ayam. Oleh karena itu, penyakit cacingan jangan dianggap remeh dan diabaikan begitu saja. Memang benar penyakit cacingan jarang menimbulkan gejala yang spesifik dan sulit dideteksi sejak awal. Nah, hal ini dapat anda atasi dengan cara pemberian obat cacing secara rutin. Dengan pemberian obat ini dapat meminimalisir masuknya penyakit cacingan pada ayam.

Di artikel ini, kami sudah membahas semua tentang penyakit cacingan pada ayam. Mulai dari apa itu penyakit cacingan pada ayam, penyebab, gejala, hingga cara pencegahannya. 

Intinya penyakit cacingan pada ayam adalah penyakit yang harus diperhatikan peternak. Hal ini dikarenakan jika ayam terserang penyakit cacingan akan menyebabkan kerugian ekonomi yang cukup besar. Kerugian tersebut meliputi, biaya pengobatan yang cukup mahal, menurunnya bobot badan ayam, dan produksi telur menurun pada ayam petelur. Maka dari itu, kami memberikan cara pencegahan agar ayam yang anda pelihara tidak mudah terkena penyakit cacingan.

Demikian artikel ini, semoga bermanfaat dan menambah wawasan untuk anda. Terimakasih dan sampai jumpa di kesempatan yang lainnya!

 

Komentar dinonaktifkan