Penulis: Drh. Baluh Medyabrata Atmaja
Perkembangan sektor peternakan unggas maupun industri perunggasan secara signifikan mengalami pertumbuhan, khususnya ayam broiler dan ayam layer. Permintaan masyarakat Indonesia terhadap daging dan telur ayam terus mengalami peningkatan, maka untuk menghasilkan produk pangan asal hewan yang berkualitas diperlukan manajemen pemeliharaan yang baik dalam budidaya maupun menjaga lingkungan sekitar peternakan. Kondisi lingkungan yang tidak kondusif dapat berdampak pada penurunan performan unggas serta dapat menyebabkan terjangkitnya penyakit koksidiosis pada unggas.
Koksidiosis merupakan penyakit parasit yang disebabkan oleh protozoa dari genus Eimeria dan filum Apicomplexa (QuirozCastañeda and DantánGonzález, 2015). Ada tujuh spesies Eimeria yang menyebabkan infeksi pada unggas serta memiliki perkembangan dan predileksi yang berbeda, seperti Eimeria acervulina, Eimeria mitis, Eimeria maxima, dan Eimeria praecox berada di duodenum dan jejunum, Eimeria brunetti di usus bagian bawah dan rektum, Eimeria necatrix di usus bagian bawah dan sekum, dan Eimeria tenella di sekum (López-Osorio et al., 2020).
Jordan et al. (2018) melaporkan bahwa E. tenella, E. maxima, E. acervulina, E. necatrix, dan E. brunetti merupakan spesies yang paling patogen dalam menimbulkan gejala klinis serta menyebabkan rendahnya tingkat pertumbuhan unggas, mortalitas tinggi, dan penurunan produksi telur pada ayam yang terinfeksi. Tingkat keparahan derajat infeksi koksidiosis pada unggas dikategorikan menjadi 3 bentuk (Price, 2012), yaitu
- Koksidiosis klinis, menunjukkan angka kesakitan (morbiditas) dengan gejala klinis berak darah dan mortalitas yang tinggi,
- Koksidiosis sub-klinis, tidak nampak adanya tanda-tanda gejala klinis secara nyata, tetapi terjadi manifestasi penurunan bobot badan, FCR yang lebih tinggi, dan terjadi penurunan produksi telur pada ayam layer, dan
- Koksidiosis awal, merupakan interaksi ringanantara induk semang dengan parasit saat tertelannya ookista tanpa menimbulkan gejala klinis.
Tahap perkembangan siklus hidup dari Eimeria terjadi secara kompleks, baik di lingkungan ataupun di dalam induk semang (Gambar 1). Tahap penularan infektif dari Eimeria adalah tertelannya ookista ke dalam tubuh unggas. Setelah tertelan(1), ookista keluar dari lumen usus dan melepaskan sporozoit(2) yang menembus dan menginfeksi sel epitel vili usus, kemudian melakukan pembelahan diri(3). Pembelahan diri ini merupakan Fase I Skizogoni (fase aseksual), dimana terjadi pembelahan nukleus dan diferensiasi sitoplasma dalam pembentukan merozoit, kemudian melepaskan merozoit generasi lainnya untuk menginfeksi sel epitel vili usus yang baru (4). Siklus aseksual ini berlangsung secara berulang 2-4 kali, tergantung dari spesies Eimeria dan dapat menimbulkan kerusakan jaringan usus, sehingga dapat menyebabkan gangguan pencernaan, kehilangan cairan dan darah, serta kerentanan terhadap infeksi penyakit lain(5).
Pada tahap akhir siklus merogoni(6), merozoit berubah menjadi gamet betina (makrogamet) dan gamet jantan (mikrogamet) (7,8), serta akan terjadi pembuahan (Fase II Skizogoni atau fase seksual). Terbentuknya banyak zigot (ookista) akan terbungkus oleh dinding tebal yang tahan terhadap kondisi lingkungan yang keras, kemudian diekskresikan melalui feses(9,10). Pembentukan generasi baru ookista yang diekskresikan bersama feses akan menjadi infektif jika tertelan kembali oleh unggas(11) .
Dalam upaya pencegahan dan pengobatan terjadinya wabah (outbreak) penyakit koksidiosis di peternakan unggas, PT Ganeeta Formula Nusantara memberikan sebuah produk berupa Coccikil yang merupakan obat antikoksidiosis yang mengandung bahan aktif Toltrazuril dan Glyserin yang paling efektif dalam mengobati infeksi akibat koksidiosis. Toltrazuril merupakan obat anti-koksidiosis dan anti-protozoa dengan spektrum yang luas. Aktivitas antikoksidiosis dari Toltrazuril tidak terpengaruh oleh derajat infeksi dari penyakit koksidiosis dan memberikan efek koksidial dengan cara mengganggu setiap fase pembelahan sel dan aktivitas metabolisme dari Eimeria, sehingga dapat menghilangkan berbagai spesies Eimeria yang menyerang unggas (Sok´ol and Galecki, 2018). Kandugan Glyserin dari Coccikil juga memiliki peran utama dalam homeostasis/keseimbangan mikrobiota dalam ileum dan sekum, peningkatan kesehatan usus, meningkatkan aktivitas kekebalan sel saat terjadi inflamasi akibat parasit Eimeria maupun bakteri patogen, serta dapat bertahan lama dalam lumen usus (Proszkowiec- Weglarz, et al., 2020). Selain itu, Coccikil juga memiliki beberapa keunggulan dalam mencegah dan mengobati infeksi akibat koksidiosis, diantaranya :
- Koksidiostat dengan aktivitas spektrum yang luas,
- Efektif dan bekerja secara cepat,
- Dapat mencegah koksidiosis hanya dengan pengobatan selama 2 hari,
- Memiliki kandungan berupa Toltrazuril yang dapat bekerja pada seluruh tahap proliferasi dari siklus hidup Eimeria, dan
- Dapat digunakan bersamaan dengan imbuhan pakan.
Berdasarkan urian diatas, dapat disimpulkan bahwa pemberian obat Coccikil dapat digunakan dalam pencegahan dan pengobatan akibat infeksi penyakit koksidiosis yang disebabkan oleh parasit Eimeria, sehingga dapat meningkatkan performan dan kinerja produksi dari unggas.
Tertarik dengan produk kami?
KLIK DISINI